Selasa, 19 November 2019

ASPEK KEUANGAN KRITERIA INVESTASI

Pengantar Bisnis Informatika



NPM        : 57416396
Dosen     : Dr. Siti Saidah, SKOM., MMSI.
Nama      : Timotius Imanuel
Kelas       : 4IA12
 

Aspek Keuangan

Kriteria Investasi
Keputusan investasi merupakan keputusan rasional, karena keputusan berdasarkan pertimbangan rasional. Dalam praktik, digunakan beberapa alat bantu atau kriteria-kriteria tertentu untuk memutuskan diterima atau ditolaknya rencana investasi. Kriteria – kriteria tersebut kriteria investasi (invesment criteria). Minimal ada empat kriteria investasi yang digunakan dalam praktik, yaitu:
·         Payback Period
·         Benefit/Cash Ration (B/C Ratio)
·         Net Present Value (NPV)
·         Internal Rat of Return (IRR)

Payback Period

Payback period (periode pulang pokok) adalah waktu yang dibutuhkan agar investasi yang direncanakan dapat dikembalikan, atau waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik impas. Jika waktu yang dibutuhkan makin pendek, proposal investasi dianggap makin baik.  Kendatipun demikian, kita harus berhati hati menafsirkan kriteria payback period ini. sebab ada investasi yang baru menguntungkan dalam jangka panjang (>5 tahun). Misalnya investasi perkebunan kelapa sawit baru mencapai titik impas sekitar 8-10 tahun.
Dilihat dari sudut ini, investasi perkebunan kelapa sawit kurang baik dibanding dengan investasi perkebunan singkong (ubi kayu), karena payback period investasi kebun singkong  mungkin hanya dua tahun. Namun dilihat dari sisi sisi lain, investasi perkebunan kelapa sawit jauh lebih menguntungkan dibanding singkong.

Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio)

B/C Ratio (Benefit Cost Ratio) adalah ukuran perbandingan antara pendapatan dengan Total Biaya produksi (Cost = C). B berarti Benefit, sedangkan C berarti cost. Perhitungan b/c ratio ini dihitung dari tingkat suku bunga. Dalam batasan besaran nilai B/C digunakan sebagai alat untuk mengetahui apakah suatu usaha menguntungkan atau tidak menguntungkan.
Rumus untuk menghitung b/c ratio adalah :
B/C ratio =
Metode ukuran penilaian kelayakan suatu proyek yaitu : B/C ratio > 1 maka usaha layak untuk dilanjutkan, namun jika B/C ratio < 1 maka usaha tersebut tidak layak atau merugi.

Net Present Value (NPV)

NPV (Net Present Value) merupakan selisih antara pengeluaran dan pemasukan yang telah didiskon dengan menggunakan social opportunity cost of capital sebagai diskon faktor, atau dengan kata lain merupakan arus kas yang diperkirakan pada masa yang akan datang yang didiskonkan pada saat ini. Untuk menghitung NPV diperlukan data tentang perkiraan biaya investasi, biaya operasi, dan pemeliharaan serta perkiraan manfaat/benefit dari proyek yang direncanakan.
Arus kas masuk dan keluar yang didiskonkan pada saat ini (present value (PV)). yang dijumlahkan selama masa hidup dari proyek tersebut dihitung dengan rumus:
dimana:

    t - waktu arus kas
    i - adalah suku bunga diskonto yang digunakan
     - arus kas bersih (the net cash flow) dalam waktu t
Suku bunga yang dipakai harus sejalan (satuan yang sama) dengan waktu arus kas. Bila waktu arus kas dalam satuan tahun, maka suku bunga juga dalam periode satu tahun, demikian pula bila waktunya dalam satuan bulan.
Bila NPV > 0 berarti investasi yang dilakukan memberikan manfaat bagi perusahaan maka proyek bisa dijalankan
Bila NPV < 0 berarti investasi yang dilakukan akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan maka proyek ditolak
Bila NPV = 0 berarti investasi yang dilakukan tidak mengakibatkan perusahaan untung ataupun merugi maka Kalau proyek dilaksanakan atau tidak dilaksanakan tidak berpengaruh pada keuangan perusahaan. Keputusan harus ditetapkan dengan menggunakan kriteria lain misalnya dampak investasi terhadap positioning perusahaan.



Internal Rat of Return (IRR)

Internal rate of return (IRR) adalah tingkat pengembalian investasi, dihitung pada saat NPV sama dengan nol. Jika pada saat NPV = 0, nilai IRR = 12%, maka tingkat pengembalian investasi adalah 12%. Keputusan menerima atau menolak investasi yang digunakan (r). jika r yang diinginkan adalah 15%, sementara IRR hanya 12%, proposal investasi ditolak. Begitu juga sebaliknya.

Contoh
Kepada PT.Tiara Sakti ditawarkan sebuah proposal investasi berupa proyek pembangunan pabrik pengolahan limbah tapioka di daerah Lampung. Usia proyek direncanakan tujuh tahun. Investasi awal yang dibutuhkan Rp1 miliar (300 juta). Persiapan pembangunan pabrik satu tahun. Selama proses persiapan tidak dikeluarkan biaya operasional. Pabrik mulai berproduksi pada tahun pertama  dan langsung berproduksi  dengan kapasitas penuh. Biaya biaya maupun penerimaan hasil penjualan selama tujuh tahun mendatang dianggap tetap. Biaya operasional per tahun Rp200 juta. Penerimaan per tahun Rp400 juta. Pada saat proyek ditutup tujuh tahun kemudian, nilai sisa dari barang barang modal (investasi awal) adalah sama dengan nol. Jika dana  untuk proyek berasal dari pinjaman dengan bunga 15% per tahun, hitunglah apakah proposal investasi tersebut dapat diterima
Sekarang kita hitung apakah proposal investasi diterima atau tidak?
Biaya biaya yang dikeluarkan, termasuk investasi awal, dinotasikan sebagai C. Penerimaan dinotasikan sebagai B dan tingkat diskonto yang digunakan adalah 15%. Dengan informasi – informasi di atas, kita dapat menyusun tabel arus keluar masuk (cashflow) seperti dibawah ini:
Tahun
Kas Keluar (C)
Kas Masuk (B)
Arus Kas Bersih
(B) – (C)
Akumulasi Arus Kas Bersih
0
1.000
0
-1.000
-1.000
1
200
400
200
-800
2
200
400
200
-600
3
200
400
200
-400
4
200
400
200
-200
5
200
400
200
0
6
200
400
200
200
7
200
400
200
400
Total
2.400
2.800
400




1.   Metode Non-diskonto (Non Discounted Method)
Dengan metode nondiskonto, kita hanya memperhitungkan nilai nominal kas keluar masuk. Dari angka angka dalam tabel, kita dapat menghitung payback period dan B/C ratio
·         Payback period
Payback period dilihat dari angka akumulasi kas bersih pada saat mencapai tiik nol. Pada saat itu proyek mencapai titik impas. Dari tabel terlihat kondisi itu tercapai di tahun kelima. Periode titik impas adalah lima tahun.
·         B/C Ratio

Nilai B/C = 2.800/2.400 = 1,17. Karena B/C > 1, proposal investasi dapat diterima! Benarkah demikian? Mari kita bandingkan dengan hasil evaluasi yang memperhitungkan nilai waktu uang.

2.   Metode Diskonto (Discounted Method)
Jika menggunakan metode diskonto, maka nilai nilai B, C otomatis B – C di diskontokan sebesar 15% per tahun. Hasilnya adalah sebagai berikut:
Tahun
Kas Keluar (C)
Kas Masuk (B)
Arus Kas Bersih
(B) – (C)
Akumulasi Arus Kas Bersih
0
1,00
1.000
0
-1.000
1
0,87
174
348
-826
2
0,76
152
304
-674
3
0,66
132
264
-542
4
0,57
114
228
-428
5
0,50
100
200
-328
6
0,43
86
172
-242
7
0,38
76
152
-166
Total

1.834
1.668

Sebelum melakukan penghitungan lebih lanjut, harus dipastikan bahwa anda dapat membaca tabel diatas. Yang pertama kali harus dipahami adalah nilai nilai dari kolom faktor diskonto. Angka angka itu menunjukkan nilai sekarang dari setiap rupiah yang diterima atau dikeluarkan. Misalnya, angka 0,87 di tahun pertama bermakna bahwa nilai sekarang dari setiap rupiah pengeluaran atau penerimaan setahun mendatang adalah Rp0,87. Angka ini diperoleh dengan membagi nilai satu rupiah dengan (1+r) atau sama dengan . Angka 0,50 di tahun kelima diperoleh dengan cara membagi nilai satu rupiah dengan (1 + 0,15)5 atau sama dengan

Nilai sekarang dari kas keluar pada kolom kas keluar diperoleh dengan cara mengalikan nilai nominal kas keluar dengan faktor diskontonya. Misalnya, nilai sekarang  dari investasi awal yangg sebesar 1000 adalah sama dengan 1000, sebab faktor diskontonya sama dengan 1 [1/(1,15)0 = 1]. Sementara itu nilai sekarang dari pengeluaran tahun kelima adalah 200 x 0,5 = 100 dengan cara yang sama, kita dapat menghitung angka angka yang tertera dalam kolom arus kas masuk.

Setelah dapat membaca tabel diatas, mari kita evaluasi proposal investasi yang diajukan.
·         Payback Period
Dengan menggunakan metode diskonto, ternyata sampai tahun ketujuh proyek belum mencapai titik impas, dilihat dari angka akumulasi arus kas bersih yang masih -166. Hasil ini jauh berbeda dengan menggunakan metode nondiskonto yang menyatakan periode titik impas adalah 5 tahun.

·         B/C Ratio
Ration B/C = 1.668/1.834 = 0,91. Dengan memperhitungkan nilai waktu uang , diperoleh rasio B/C yang lebih kecil daripada satu. Proposal proyek ditolak, kesimpulan yang sangat berbeda dibandingkan dengan menggunakan metode diskonto

·         Net Present Value
Angka NPV = 1.668 – 1.834 = -166. Karena angkanya lebih kecil daripada nol, proposal investasi ditolak, sebab nilai sekarang dari pengeluaran modal total lebih besar daripada nilai sekarang penerimaan total
·         Internal Rate of Return
Dengan menggunakan cara manual, diperoleh angka IRR dari proyek adalah sekitar 8%. Angka ini jauh lebih rendah daripada tingkat bunga yang sebesar 15%. Proposal investasi ditolak.

Dari kasus tersebut diatas dijelaskan bahwa dengan memperhitungkan  nilai waktu uang, dasar pengambilan keputusan investasi menjadi lebih luas dan akurat.

KOMENTAR
Dalam berinvestasi untuk mendapatkan keuntungan dalam mengembangkan uang tentu memiliki berbagai metode atau teknik,tentunya dalam berinvestasi intinya adalah untuk mendapatkan keuntungan yang lebih dari pada mendapatkan kerugian. Tidak semua teknik atau kriteria penilaian keuntungan digunakan biasanya hanya instansi atau perusahaan besar yang menggunakan semua teknik agar menghindari kerugian bahkan kebangkrutan. 
Dalam usaha kecil-kecilan tidak perlu menggunakan semua teknik atau semua kriteria penilaian keuntungan, karena dalam usaha kecil-kecilan biasanya kerugian yang terjadi itu bisa terlihat melalui perhitungan sederhana. Cara perhitungan kriteria penilaian keuntungan ini sangat penting untuk berinvestasi dan untuk belajar akan uang karena secara umum untuk mempelajari keuangan kita harus belajar secara otodidak atau secara pengalaman agar tidak kaku ketika di hadapi dengan perhitungan keuangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar