Pengantar Bisnis Informatika
NPM :
57416396
Dosen : Dr. Siti
Saidah, SKOM., MMSI.
Nama : Timotius
Imanuel
Kelas : 4IA12
Aspek
Keuangan
Kriteria
Investasi
Keputusan investasi merupakan keputusan rasional, karena
keputusan berdasarkan pertimbangan rasional. Dalam praktik, digunakan beberapa
alat bantu atau kriteria-kriteria tertentu untuk memutuskan diterima atau
ditolaknya rencana investasi. Kriteria – kriteria tersebut kriteria investasi
(invesment criteria). Minimal ada empat kriteria investasi yang digunakan dalam
praktik, yaitu:
·
Payback
Period
·
Benefit/Cash
Ration (B/C Ratio)
·
Net
Present Value (NPV)
·
Internal
Rat of Return (IRR)
Payback Period
Payback period (periode pulang pokok) adalah waktu yang
dibutuhkan agar investasi yang direncanakan dapat dikembalikan, atau waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai titik impas. Jika waktu yang dibutuhkan makin pendek,
proposal investasi dianggap makin baik.
Kendatipun demikian, kita harus berhati hati menafsirkan kriteria
payback period ini. sebab ada investasi yang baru menguntungkan dalam jangka
panjang (>5 tahun). Misalnya investasi perkebunan kelapa sawit baru mencapai
titik impas sekitar 8-10 tahun.
Dilihat dari sudut ini, investasi perkebunan kelapa sawit
kurang baik dibanding dengan investasi perkebunan singkong (ubi kayu), karena
payback period investasi kebun singkong
mungkin hanya dua tahun. Namun dilihat dari sisi sisi lain, investasi
perkebunan kelapa sawit jauh lebih menguntungkan dibanding singkong.
Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio)
B/C Ratio (Benefit Cost Ratio) adalah ukuran perbandingan
antara pendapatan dengan Total Biaya produksi (Cost = C). B berarti Benefit,
sedangkan C berarti cost. Perhitungan b/c ratio ini dihitung dari tingkat suku
bunga. Dalam batasan besaran nilai B/C digunakan sebagai alat untuk mengetahui
apakah suatu usaha menguntungkan atau tidak menguntungkan.
Rumus untuk menghitung b/c ratio adalah :
B/C ratio =
Metode ukuran penilaian kelayakan suatu proyek yaitu : B/C
ratio > 1 maka usaha layak untuk dilanjutkan, namun jika B/C ratio < 1
maka usaha tersebut tidak layak atau merugi.
Net Present Value (NPV)
NPV (Net Present Value) merupakan selisih antara
pengeluaran dan pemasukan yang telah didiskon dengan menggunakan social
opportunity cost of capital sebagai diskon faktor, atau dengan kata lain
merupakan arus kas yang diperkirakan pada masa yang akan datang yang
didiskonkan pada saat ini. Untuk menghitung NPV diperlukan data tentang
perkiraan biaya investasi, biaya operasi, dan pemeliharaan serta perkiraan
manfaat/benefit dari proyek yang direncanakan.
Arus kas masuk dan keluar yang didiskonkan pada saat ini
(present value (PV)). yang dijumlahkan selama masa hidup dari proyek tersebut dihitung
dengan rumus:
dimana:
t - waktu arus
kas
i - adalah suku
bunga diskonto yang digunakan
- arus kas bersih (the net cash flow) dalam
waktu t
Suku bunga yang dipakai harus sejalan (satuan yang sama)
dengan waktu arus kas. Bila waktu arus kas dalam satuan tahun, maka suku bunga
juga dalam periode satu tahun, demikian pula bila waktunya dalam satuan bulan.
Bila NPV > 0 berarti investasi yang dilakukan
memberikan manfaat bagi perusahaan maka proyek bisa dijalankan
Bila NPV < 0 berarti investasi yang dilakukan akan
mengakibatkan kerugian bagi perusahaan maka proyek ditolak
Bila NPV = 0 berarti investasi yang dilakukan tidak
mengakibatkan perusahaan untung ataupun merugi maka Kalau proyek dilaksanakan
atau tidak dilaksanakan tidak berpengaruh pada keuangan perusahaan. Keputusan
harus ditetapkan dengan menggunakan kriteria lain misalnya dampak investasi
terhadap positioning perusahaan.
Internal Rat of Return (IRR)
Internal rate of return (IRR) adalah tingkat pengembalian
investasi, dihitung pada saat NPV sama dengan nol. Jika pada saat NPV = 0,
nilai IRR = 12%, maka tingkat pengembalian investasi adalah 12%. Keputusan
menerima atau menolak investasi yang digunakan (r). jika r yang diinginkan
adalah 15%, sementara IRR hanya 12%, proposal investasi ditolak. Begitu juga
sebaliknya.
Contoh
Kepada PT.Tiara Sakti ditawarkan sebuah proposal
investasi berupa proyek pembangunan pabrik pengolahan limbah tapioka di daerah
Lampung. Usia proyek direncanakan tujuh tahun. Investasi awal yang dibutuhkan
Rp1 miliar (300 juta). Persiapan pembangunan pabrik satu tahun. Selama proses
persiapan tidak dikeluarkan biaya operasional. Pabrik mulai berproduksi pada
tahun pertama dan langsung berproduksi dengan kapasitas penuh. Biaya biaya maupun
penerimaan hasil penjualan selama tujuh tahun mendatang dianggap tetap. Biaya
operasional per tahun Rp200 juta. Penerimaan per tahun Rp400 juta. Pada saat
proyek ditutup tujuh tahun kemudian, nilai sisa dari barang barang modal
(investasi awal) adalah sama dengan nol. Jika dana untuk proyek berasal dari pinjaman dengan
bunga 15% per tahun, hitunglah apakah proposal investasi tersebut dapat
diterima
Sekarang kita hitung apakah proposal investasi diterima
atau tidak?
Biaya biaya yang dikeluarkan, termasuk investasi awal,
dinotasikan sebagai C. Penerimaan dinotasikan sebagai B dan tingkat diskonto
yang digunakan adalah 15%. Dengan informasi – informasi di atas, kita dapat
menyusun tabel arus keluar masuk (cashflow) seperti dibawah ini:
Tahun
|
Kas Keluar
(C)
|
Kas
Masuk (B)
|
Arus
Kas Bersih
(B) –
(C)
|
Akumulasi
Arus Kas Bersih
|
0
|
1.000
|
0
|
-1.000
|
-1.000
|
1
|
200
|
400
|
200
|
-800
|
2
|
200
|
400
|
200
|
-600
|
3
|
200
|
400
|
200
|
-400
|
4
|
200
|
400
|
200
|
-200
|
5
|
200
|
400
|
200
|
0
|
6
|
200
|
400
|
200
|
200
|
7
|
200
|
400
|
200
|
400
|
Total
|
2.400
|
2.800
|
400
|
|
1. Metode Non-diskonto (Non Discounted Method)
Dengan metode
nondiskonto, kita hanya memperhitungkan nilai nominal kas keluar masuk. Dari
angka angka dalam tabel, kita dapat menghitung payback period dan B/C ratio
·
Payback
period
Payback period dilihat dari
angka akumulasi kas bersih pada saat mencapai tiik nol. Pada saat itu proyek
mencapai titik impas. Dari tabel terlihat kondisi itu tercapai di tahun kelima.
Periode titik impas adalah lima tahun.
·
B/C
Ratio
Nilai B/C = 2.800/2.400 = 1,17. Karena B/C > 1,
proposal investasi dapat diterima! Benarkah demikian? Mari kita bandingkan
dengan hasil evaluasi yang memperhitungkan nilai waktu uang.
2. Metode Diskonto (Discounted Method)
Jika menggunakan metode
diskonto, maka nilai nilai B, C otomatis B – C di diskontokan sebesar 15% per
tahun. Hasilnya adalah sebagai berikut:
Tahun
|
Kas
Keluar (C)
|
Kas
Masuk (B)
|
Arus
Kas Bersih
(B) –
(C)
|
Akumulasi
Arus Kas Bersih
|
0
|
1,00
|
1.000
|
0
|
-1.000
|
1
|
0,87
|
174
|
348
|
-826
|
2
|
0,76
|
152
|
304
|
-674
|
3
|
0,66
|
132
|
264
|
-542
|
4
|
0,57
|
114
|
228
|
-428
|
5
|
0,50
|
100
|
200
|
-328
|
6
|
0,43
|
86
|
172
|
-242
|
7
|
0,38
|
76
|
152
|
-166
|
Total
|
|
1.834
|
1.668
|
|
Sebelum melakukan
penghitungan lebih lanjut, harus dipastikan bahwa anda dapat membaca tabel
diatas. Yang pertama kali harus dipahami adalah
nilai nilai dari kolom faktor diskonto. Angka angka itu menunjukkan nilai
sekarang dari setiap rupiah yang diterima atau dikeluarkan. Misalnya, angka
0,87 di tahun pertama bermakna bahwa nilai sekarang dari setiap rupiah
pengeluaran atau penerimaan setahun mendatang adalah Rp0,87. Angka ini
diperoleh dengan membagi nilai satu rupiah dengan (1+r) atau sama dengan
. Angka 0,50 di
tahun kelima diperoleh dengan cara membagi nilai satu rupiah dengan (1 + 0,15)5
atau sama dengan
Nilai sekarang dari kas keluar pada kolom kas keluar
diperoleh dengan cara mengalikan nilai nominal kas keluar dengan faktor
diskontonya. Misalnya, nilai sekarang
dari investasi awal yangg sebesar 1000 adalah sama dengan 1000, sebab
faktor diskontonya sama dengan 1 [1/(1,15)0 = 1]. Sementara itu
nilai sekarang dari pengeluaran tahun kelima adalah 200 x 0,5 = 100 dengan cara
yang sama, kita dapat menghitung angka angka yang tertera dalam kolom arus kas
masuk.
Setelah
dapat membaca tabel diatas, mari kita evaluasi proposal investasi yang
diajukan.
·
Payback
Period
Dengan menggunakan metode diskonto, ternyata sampai tahun
ketujuh proyek belum mencapai titik impas, dilihat dari angka akumulasi arus
kas bersih yang masih -166. Hasil ini jauh berbeda dengan menggunakan metode
nondiskonto yang menyatakan periode titik impas adalah 5 tahun.
·
B/C
Ratio
Ration B/C = 1.668/1.834 = 0,91. Dengan memperhitungkan
nilai waktu uang , diperoleh rasio B/C yang lebih kecil daripada satu. Proposal
proyek ditolak, kesimpulan yang sangat berbeda dibandingkan dengan menggunakan
metode diskonto
·
Net
Present Value
Angka NPV = 1.668 – 1.834 = -166. Karena angkanya lebih
kecil daripada nol, proposal investasi ditolak, sebab nilai sekarang dari
pengeluaran modal total lebih besar daripada nilai sekarang penerimaan total
·
Internal
Rate of Return
Dengan menggunakan cara manual, diperoleh angka IRR dari
proyek adalah sekitar 8%. Angka ini jauh lebih rendah daripada tingkat bunga
yang sebesar 15%. Proposal investasi ditolak.
Dari
kasus tersebut diatas dijelaskan bahwa dengan memperhitungkan nilai waktu uang, dasar pengambilan keputusan
investasi menjadi lebih luas dan akurat.
KOMENTAR
Dalam berinvestasi untuk mendapatkan keuntungan dalam
mengembangkan uang tentu memiliki berbagai metode atau teknik,tentunya dalam
berinvestasi intinya adalah untuk mendapatkan keuntungan yang lebih dari pada
mendapatkan kerugian. Tidak semua teknik atau kriteria penilaian keuntungan
digunakan biasanya hanya instansi atau perusahaan besar yang menggunakan semua
teknik agar menghindari kerugian bahkan kebangkrutan.
Dalam usaha
kecil-kecilan tidak perlu menggunakan semua teknik atau semua kriteria
penilaian keuntungan, karena dalam usaha kecil-kecilan biasanya kerugian yang
terjadi itu bisa terlihat melalui perhitungan sederhana. Cara perhitungan
kriteria penilaian keuntungan ini sangat penting untuk berinvestasi dan untuk
belajar akan uang karena secara umum untuk mempelajari keuangan kita harus
belajar secara otodidak atau secara pengalaman agar tidak kaku ketika di hadapi
dengan perhitungan keuangan