RESENSI BUKU
Judul :
The Dead Returns
Penulis :
Akiyoshi Rikako
Penerbit :
Penerbit Haru
Tahun Terbit :
2015
Tebal :
252 Halaman
Ukuran :
12,9 cm x 19 cm
ISBN :978-602-7742-57-4
Buku ini adalah terjemahan dari buku
Houkago Ni Shisha Wa Modoru , berisi tentang seorang siswa SMA Higashi yang
dibunuh di Tebing Miura Kaishoku pada malam hari setelah upacara pembukaan
semester baru. Ketika mati didorong dari tebing bukan hanya dia yang terjatuh
tapi seorang siswa SMA seiran bernama Takahashi Shinji juga ikut terjatuh
karena ceroboh ketika ingin meminta bantuan ke orang sekitar. Koyama yang
mengira dirinya sudah mati, ternyata terbangun di rumah sakit terbaring dengan
luka parah di sekujur tubuhnya. Koyama yang mulai tersadar, disambut hangat
oleh pasangan suami istri yang tidak dikenalnya. Mereka terus-terusan memanggil Koyama dengan
Shin-chan --panggilan untuk orang yang
sudah akrab atau lebih muda-- dan mereka mengatakan bahwa mereka adalah orang
tua dari Koyama, seketika Koyama berkata dengan suara lirih meminta cermin.
Dengan kagetnya Koyama melihat orang yang ada di cermin adalah bukan dirinya,
Ya orang itu adalah Takahashi Shinji mereka berdua bertukar tubuh. Selama
proses pemulihannya, Koyama mendengar bahwa tubuhnya sudah meninggal sehingga Koyama
terjebak di dalam tubuh Takahashi. Dengan rasa dendam dan sakit hati Koyama
menggunakan tubuh Takahashi sebagai penyamaran untuk mencari tau siapa teman
kelasnya yang sudah membunuhnya.
Selama masa penyamarannya Koyama
mencari berbagai macam informasi dari teman kelasnya, Koyama berpikir bahwa
pembunuhnya adalah teman sekelasnya, karena Koyama sebelumnya di panggil melalu
surat yang dia temukan di laci mejanya. Selagi dia mencari informasi dia juga
perlahan mulai akrab dengan teman sekelasnya, padahal dulu dia dianggap tidak
terlihat di kelas. Bukan karena di-Bully,
tapi memang karena Koyama dan teman baiknya Yoshio adalah seorang maniak
kereta. Koyama, Yoshio dan Seorang perempuan bernama Maruyama Miho selalu
dianggap tidak terlihat karena mereka adalah pemalu dan sulit untuk dekat
dengan orang lain. Pada saat itu sekolah sedang mempersiapkan festival sekolah,
dan perlahan Koyama mulai curiga dengan Sasaki cowo yang populer disekolahnya
dan Yoshio juga mulai mulai tidak percaya dengan Koyama karena Koyama berbohong
bahwa dirinya yang sedang di dalam tubuh Takahashi adalah saudara jauh Koyama.
Koyama perlahan semakin terpuruk karena orang-orang yang dipercayainya memiliki
motif untuk membunuhnya, dengan pikiran yang bercampur aduk Koyama bertemu
dengan Murayama. Dengan bimbang Koyama mencurahkan isi hatinya ke Murayama dan
mempercayainya, Murayama menyemangati Koyama untuk jangan menyerah.
Pada festival hari
pertama, Koyama yang ikut serta dalam program rumah hantu kelasnya masih merasa
terpuruk dan memilih untuk lari keatap sekolah untuk menyendiri. Koyama yang
menyendiri di atap mendengar suara Yoshio teman baiknya sedang menelpon di atap
sekolah, dia berkata untuk menangkap Koyama pada esok hari dan bertemu di atap
sekolah. Koyama yang ingin menangkap pembunuhnya, membulatkan hatinya untuk
menanyakan Yoshio tentang orang yang membunuhnya pada esok hari di atap. Koyama
menemui Yoshio dan mendesak Yoshio di atap, seketika Koyama ditarik dari
belakang oleh seseorang dan dia dihajar habis-habisan hingga babak belur.
Dengan kagetnya ternyata orang itu adalah Takahashi yang berada di dalam tubuh
Koyama, Takahashi dan Yoshio berpikir bahwa pada tubuh Takahashi adalah jiwa
seorang penguntit Takahashi. Takahashi menjelaskan semuanya ke Koyama bahwa
Koyama dibunuh oleh penguntitnya, Takahashi mengirimkan surat yang dikirimkan
untuk penguntitnya yang salah terkirim ke laci meja Koyama. Takahashi salah
mengirimkan surat tersebut, karena pada
meja Koyama juga memiliki tanda yang sama seperti di meja penguntit Takahashi.
Ya, tanda tersebut terdapat juga pada meja siswi bernama Murayama, penguntitnya
adalah Murayama. Murayama mengakui tindakannya kepada Koyama dan meminta maaf
pada Koyama, karena sudah mencelakakan Koyama. Dengan perlahan Murayama
menghilang di tengah bunyi kerasnya penutupan festival.
“Semakin lama seseorang tidak masuk sekolah, ‘tingkat
kesulitan’ untuk melangkah kembali ke sana akan semakin tinggi”
Kutipan diatas adalah kutipan pada prolog buku, kutipan itu
sangat menjelaskan perasaan tiap orang yang jarang masuk sekolah dan juga untuk
menegur mereka untuk semangat sekolah. Cerita pada buku ini memiliki alur waktu
yang menceritakan kejadian sekarang dan kemudian flashback ke masa lalu, Alur
yang maju mundur seperti itu membuat orang ketika pertama kali membaca pasti
akan bingung heran dengan jalan ceritanya. Tentu saja itu bukan hal yang
sepenuhnya buruk karena itu juga meningkatkan rasa penasaran pembaca menjadi
meningkat, dan itu membuat pembaca terus membaca ceritanya. Waktu pada
ceritapun terasa singkat dan cepat hal ini juga membuat beberapa pembaca merasa
kurang dengan jalan ceritanya, tapi tentu saja hal itu juga bisa membuat
pembaca tidak terasa berat untuk berpikir logika dari cerita tersebut. Dengan
suasana cerita yang menegangkan, mengharukan, Menyedihkan tentu saja membuat
pembaca terasa terombang-ambing ketika membacanya. Gaya bahasanya pun tidak
berat dan tidak juga ringan, karena buku ini bergenre thriller, drama, dan fantasi sehingga disesuaikan dengan usia yang
cukup bagi pembaca. Buku ini mengajarkan kita untuk tidak menilai orang lain
dari luar saja, Bagaimana kita harus percaya diri dengan diri kita sendiri, dan
juga membuat kita untuk percaya dengan orang lain, dan tentu saja jangan
menyerah dalam hidupmu. Buku ini baik untuk orang yang kurang percaya dengan
dirinya sendiri, bagaimana dia harus lebih aktif dalam bersosialisasi dan tidak
asal menilai orang. Buku ini pantas dibaca siapa saja terutama bagi mereka suka
dengan cerita yang seperti terputar-putar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar