Minggu, 08 April 2018

RESENSI BUKU(TIMBANGAN BUKU)

RESENSI BUKU


Judul                     : The Dead Returns
Penulis                  : Akiyoshi Rikako
Penerbit                 : Penerbit Haru
Tahun Terbit          : 2015
Tebal                      : 252 Halaman
Ukuran                   : 12,9 cm x 19 cm
ISBN                      :978-602-7742-57-4

                Buku ini adalah terjemahan dari buku Houkago Ni Shisha Wa Modoru , berisi tentang seorang siswa SMA Higashi yang dibunuh di Tebing Miura Kaishoku pada malam hari setelah upacara pembukaan semester baru. Ketika mati didorong dari tebing bukan hanya dia yang terjatuh tapi seorang siswa SMA seiran bernama Takahashi Shinji juga ikut terjatuh karena ceroboh ketika ingin meminta bantuan ke orang sekitar. Koyama yang mengira dirinya sudah mati, ternyata terbangun di rumah sakit terbaring dengan luka parah di sekujur tubuhnya. Koyama yang mulai tersadar, disambut hangat oleh pasangan suami istri yang tidak dikenalnya.  Mereka terus-terusan memanggil Koyama dengan Shin-chan --panggilan untuk orang yang sudah akrab atau lebih muda-- dan mereka mengatakan bahwa mereka adalah orang tua dari Koyama, seketika Koyama berkata dengan suara lirih meminta cermin. Dengan kagetnya Koyama melihat orang yang ada di cermin adalah bukan dirinya, Ya orang itu adalah Takahashi Shinji mereka berdua bertukar tubuh. Selama proses pemulihannya, Koyama mendengar bahwa tubuhnya sudah meninggal sehingga Koyama terjebak di dalam tubuh Takahashi. Dengan rasa dendam dan sakit hati Koyama menggunakan tubuh Takahashi sebagai penyamaran untuk mencari tau siapa teman kelasnya yang sudah membunuhnya.
            Selama masa penyamarannya Koyama mencari berbagai macam informasi dari teman kelasnya, Koyama berpikir bahwa pembunuhnya adalah teman sekelasnya, karena Koyama sebelumnya di panggil melalu surat yang dia temukan di laci mejanya. Selagi dia mencari informasi dia juga perlahan mulai akrab dengan teman sekelasnya, padahal dulu dia dianggap tidak terlihat di kelas. Bukan karena di-Bully, tapi memang karena Koyama dan teman baiknya Yoshio adalah seorang maniak kereta. Koyama, Yoshio dan Seorang perempuan bernama Maruyama Miho selalu dianggap tidak terlihat karena mereka adalah pemalu dan sulit untuk dekat dengan orang lain. Pada saat itu sekolah sedang mempersiapkan festival sekolah, dan perlahan Koyama mulai curiga dengan Sasaki cowo yang populer disekolahnya dan Yoshio juga mulai mulai tidak percaya dengan Koyama karena Koyama berbohong bahwa dirinya yang sedang di dalam tubuh Takahashi adalah saudara jauh Koyama. Koyama perlahan semakin terpuruk karena orang-orang yang dipercayainya memiliki motif untuk membunuhnya, dengan pikiran yang bercampur aduk Koyama bertemu dengan Murayama. Dengan bimbang Koyama mencurahkan isi hatinya ke Murayama dan mempercayainya, Murayama menyemangati Koyama untuk jangan menyerah.
Pada festival  hari pertama, Koyama yang ikut serta dalam program rumah hantu kelasnya masih merasa terpuruk dan memilih untuk lari keatap sekolah untuk menyendiri. Koyama yang menyendiri di atap mendengar suara Yoshio teman baiknya sedang menelpon di atap sekolah, dia berkata untuk menangkap Koyama pada esok hari dan bertemu di atap sekolah. Koyama yang ingin menangkap pembunuhnya, membulatkan hatinya untuk menanyakan Yoshio tentang orang yang membunuhnya pada esok hari di atap. Koyama menemui Yoshio dan mendesak Yoshio di atap, seketika Koyama ditarik dari belakang oleh seseorang dan dia dihajar habis-habisan hingga babak belur. Dengan kagetnya ternyata orang itu adalah Takahashi yang berada di dalam tubuh Koyama, Takahashi dan Yoshio berpikir bahwa pada tubuh Takahashi adalah jiwa seorang penguntit Takahashi. Takahashi menjelaskan semuanya ke Koyama bahwa Koyama dibunuh oleh penguntitnya, Takahashi mengirimkan surat yang dikirimkan untuk penguntitnya yang salah terkirim ke laci meja Koyama. Takahashi salah mengirimkan surat tersebut, karena  pada meja Koyama juga memiliki tanda yang sama seperti di meja penguntit Takahashi. Ya, tanda tersebut terdapat juga pada meja siswi bernama Murayama, penguntitnya adalah Murayama. Murayama mengakui tindakannya kepada Koyama dan meminta maaf pada Koyama, karena sudah mencelakakan Koyama. Dengan perlahan Murayama menghilang di tengah bunyi kerasnya penutupan festival.

“Semakin lama seseorang tidak masuk sekolah, ‘tingkat kesulitan’ untuk melangkah kembali ke sana akan semakin tinggi”

Kutipan diatas adalah kutipan pada prolog buku, kutipan itu sangat menjelaskan perasaan tiap orang yang jarang masuk sekolah dan juga untuk menegur mereka untuk semangat sekolah. Cerita pada buku ini memiliki alur waktu yang menceritakan kejadian sekarang dan kemudian flashback ke masa lalu, Alur yang maju mundur seperti itu membuat orang ketika pertama kali membaca pasti akan bingung heran dengan jalan ceritanya. Tentu saja itu bukan hal yang sepenuhnya buruk karena itu juga meningkatkan rasa penasaran pembaca menjadi meningkat, dan itu membuat pembaca terus membaca ceritanya. Waktu pada ceritapun terasa singkat dan cepat hal ini juga membuat beberapa pembaca merasa kurang dengan jalan ceritanya, tapi tentu saja hal itu juga bisa membuat pembaca tidak terasa berat untuk berpikir logika dari cerita tersebut. Dengan suasana cerita yang menegangkan, mengharukan, Menyedihkan tentu saja membuat pembaca terasa terombang-ambing ketika membacanya. Gaya bahasanya pun tidak berat dan tidak juga ringan, karena buku ini bergenre thriller, drama, dan fantasi sehingga disesuaikan dengan usia yang cukup bagi pembaca. Buku ini mengajarkan kita untuk tidak menilai orang lain dari luar saja, Bagaimana kita harus percaya diri dengan diri kita sendiri, dan juga membuat kita untuk percaya dengan orang lain, dan tentu saja jangan menyerah dalam hidupmu. Buku ini baik untuk orang yang kurang percaya dengan dirinya sendiri, bagaimana dia harus lebih aktif dalam bersosialisasi dan tidak asal menilai orang. Buku ini pantas dibaca siapa saja terutama bagi mereka suka dengan cerita yang seperti terputar-putar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar